Rabu, 03 Oktober 2012

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN



TUGAS MAKALAH mata kuliah
METODOLOGI PENELITIAN LANJUTAN

Dosen
Prof. Dr. H. Djaali
Prof. Dr. Yetti Supriyati MPd.



NEED  ASSESSMENT MODEL





Oleh :
Sri Wahyuni No.Reg. 7817120688
Supriyadi No.Reg. 7817120689


PROGRAM DOKTOR (S3)
PRODI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
Dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang dipergunakan untuk mengevaluasi keterlaksanaan program. Meskipun antara satu dengan yang lain berbeda tetapi maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.
Tapi dalam makalah ini khusus membahas tentang need assessment Model atau sering disebut Need Analysis atau analisis kebutuhan.  

A. PENGERTIAN ANALISIS KEBUTUHAN
Menurut kurniawan (2011) mengutip pendapat Roger Kaufman dan Fenwick W. English (1979), mengungkapkan bahwa analisis kebutuhan tidak dapat melepaskan diri dari pembicaraan sistem pendidikan secara keseluruhan.  Dalam bukunya Kaufman dan English menekankan perlunya analisis kebutuhan di dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Dalam menggunakan analisis sistem, mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah, kemudian menentukan gejala dan asumsi penyebab timbulnya masalah merupakan ciri khusus yang tidak dapat diabaikan. Dengan informasi dan pengertian terhadap gejala dan asumsi penyebab masalah, pendidik akan lebih tepat memilih alternatif cara untuk memecahkannya. Dalam hal ini analisis kebutuhan merupakan satu alat yang tepat sebagai pelengkap bagi evaluator program ketika mempertimbangkan kejelasan masalah, seta memberikan rekomendasi kepada penentu kebijakan. Atas dasar uraian tersebut para evaluator perlu memahami dengan tepat apa, mengapa, dan bagaimana melakukan analisis kebutuhan.
Dalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderso, analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Dalam konteks pendidikan dan program pembelajaran, kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara keadaan nyata(yang ada) dengan kondisi yang diharapkan.  Kebutuhan tersebut dapat terjadi pada diri individu, kelompok, ataupun lembaga.
Roger kaufman dan Fenwick W. English (1979) dalam Kurniawan (2011), mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas, lalu memilih hal yang lebih penting untuk diselesaikan masalahnya. Dalam hal ini kebutuhan diartikan sebagai jarak antara keluaran nyata dengan keluaran yang diinginkan untuk memperoleh keluaran dan dampak yang ditentukan.
Needs Assessment dalam konteks penelitian dipandang sebagai bagian dari model penelitian evaluasi yang didasarkan pada tujuan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian needs assessment ini adalah pendekatan kuantitatif.

B. MANFAAT ANALISIS KEBUTUHAN
            Analisis kebutuhan adalah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Yang dimaksud dengan perubahan, bukan perubahan yang radikal dan tidak berdasar, tapi perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan warga negara, kelompok dan individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan   

C. Orang-Orang yang Terlibat dalam Need Assesment/ NEED Analysis
Ada empat kategori orang yang bisa terlibat dalam need analysis, yakni kelompok target (target group), pendengar (audience), para penganalisis kebutuhan itu sendiri (need  analysis) dan sumber kelompok (resource group), dalam dunia pendidikan (Mahfudin): 
1.    Target group berkenaan dengan dari siapa informasi itu akan diperoleh, dan biasanya target group itu adalah siswa dalam sebuah program, atau kadang-kadang para guru dan para administrator.
2.    Audience adalah semua orang yang akan diberikan tindakan terhadap analisis. Kelompok ini biasanya terdiri atas guru-guru, guru bantu, para administrator program dan orang-orang yang terlibat dalam program bahasa.
3.    Penganalisis kebutuhan mencakup orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengadaan need  analysis, diantaranya para konsultan, para anggota pengajar yang berkaitan dengan pekerjaan itu, dan lain-lain.
4.    Sedangkan resource group adalah orang-orang yang bertindak sebagai sumber informasi  mengenai target group, seperti para orang tua, para sponsor keuangan atau para wali kelas atau wali murid.

D. LANGKAH-LANGKAH NEED ASSESSMENT MODEL
Kedudukan needs assessment dalam penelitian evaluasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Isaac dan Michael (1984) dalam Kurniawan (2011), bahwa terdapat tiga langkah mendasar dari model penelitian ini sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Need Assessment
Program Planning
Program Evaluation
Implementation Evaluation
Outcomes Evaluation
  






Gambar Tiga tahapan model penelitian evaluasi

Makna analisis kebutuhan seperti yang dijelaskan menunjukkan adanya proses mengenali, memilah dan menyisihkan. Dalam melalui langkah-langkah tersebut pelaku tidak mungkin melepaskan diri dari pekerjaan mengukur dan menilai sesuatu. Untuk menentukan hasil mengenali, memilah dan menyisihkan, ada proses membandingkan gejala yang sedang dikenali dan dipilah dengan suatu patokan (meski secara jelas tidak disadari)    
Menurut Guyette (1983) ada dua cara melakukan Need Assessment melalui pendekatan deduktif dan pendekatan induktif
a. Pendekatan Deduktif
Pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan adalah: “Apa tujuan yang kita inginkan?”, “Dimana hubungan kita dengan tujuan tersebut”.
Ada empat langkah :
1.    Mendaftar tujuan dan diperingkat berdasarkan kepentingannya
2.    Menentukan tujuan berdasarkan kondisi saat ini
3.    Mengidentifikasi kesenjangan/perbedaan antara tujuan dan kondisi saat ini
4.    Prioritas kondisi (tingkat kebutuhan dan sumber daya) yang diinginkan didokumentasikan
b. Pendekatan Induktif
Dalam pendekatan induktif ada pertanyaan-pertanyaan:  “Dimana kita?” dan kemudian “Apa yang kita inginkan?”. Langkah-langkah secara umum: 
1.    Menggambarkan kondisi dan membuat instrumen untuk penilaian
2.    Menentukan status saat ini berdasarkan tujuan dan kondisi sebelumnya
3.    Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan antara tujuan sebelumnya dan keadaan sekarang
Menetapkan prioritas berdasarkan perbedaan, sehingga dapat ditentukan tujuan baru.
Sedangkan menurut Anderson (1975) (dalam Arikunto, 2010) secara umum keluasan dan besarnya kebutuhan dapat diukur secara subjektif dan objektif.
a. Penilaian Kebutuhan Secara Subjektif
Terjadi bila pelaku membandingkan sesuatu kebutuhan dengan kondisi yang dapat diterima olehnya.  
1.    Mengidentifikasi lingkup tujuan-tujuan penting dalam rogram y7ang akan dievaluasi.
2.    Menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan.
3.    Menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator, dengan tujuan pedoman atau acuan apa saja yang ada dalam sistem dan bidang yang dievaluasi.
4.    Menyusun alat pengukuran untuk tiap-tiap indikator.
5.    Membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria. Jika data yang diperoleh lebih rendah dari tingkat standar, maknanya berarti ada kebutuhan.   
b. Penilaian Kebutuhan Secara Objektif
Terjadi bila kebutuhan yang diukuritu dibandingkan dengan besarnya kebutuhan sesuatu bidang yang terkait dan sesuai bidang yang akan dievaluasi
1.    Mengidentifikasi tujuan penting dalam program yang akan dievaluasi
2.    Menentukan kriteria atau menyusun kriteria yang sesuai dengan tujuan masing-masing bidang atau indikator. Dalam langkah ini evaluator perlu mengumpulkan banak bukti formal yang akan digunakan untuk dasar pertimbangan kebutuhan.
3.    Menyusun peringkat yang digunakan untuk mempertimbangkan tingkat penampilan indikator. Dalam pembuatan skala sedapat mungkn diurutkan sesuai dengan tingkat penerimaan (dari 5 ke 1 – jika menggunakan skala 5, atau 3 ke 1 – jika menggunakan skla 3). Skala tersebut seyogyanya berbentuk interval.
4.    Jika sudah selesai membuat skala, kumpulkan semua calon evaluator untuk bersama-sama menentukan urutan kebutuhan dan skala prioritas kebutuhan. Jika kebutuhan terdapat dua kebutuhan yang sejajar, diperlukan lagi kesepakatan untuk menentukan mana kebutuhan yang lebih mendesak untuk diprioritaskan dalam penyelesaiannya. Penting diingat: dalam menentukan urutan kebutuhan jangan sampai ada unsur subjektivitas, yang dapat menyebabkan hasilnya menyimpang dari kenyataan.

Selain memilih kedua cara tersebut, evaluator dapat mengambil nominasi dari keduanya. Seorang penilai mungkin saja mengambil langkah yang berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi yang lain. Oleh karena itu data dari pihak lain (mungkin pendapat teman/lawan), catatan yang dibuat siswa dan sebagainya dapat dijadikan bahan pertimbangan. Data-data tambahan tidak boleh diambil sembarangan, tetapi harus dilihat taraf keterandalannya.
Pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan jenis serta peringkat kebutuhan menggunakan bukti formal, dengan kasuus yang berbeda. Apapun pendekatan yang diambil, langfkah selanjutnya menentukan prioritas antar kebutuhan sesuai tujuan, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan rekomemdasi kepada pengambil keputusan demi tindak lanjut program. Perlu diingatkan bahwa evaluator tidak mempunyai hak untuk mengambil keputusan tentang program, tetapi hanya memberian rekomendasi , selanjutnya pengambil keputusanlah yang menentukan lebih lanjut.
Untuk menentukan prioritas antar kebutuhan ada beberapa faktor yang berpengaruh, diantaranya adalah faktor biaya atau cost benefit, yaitu biaya kecil dengan manfaat besar.      
Ini diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan akhir yang tepat.

             
E. PENGUMPULAN DATA

Ada beberapa cara pengumpulan data untuk penilaian kebutuhan (Need Assessment).
Secara umum, pengumpulan data menurut Guyette (1983) lebih menggunakan kombinasi kuantitatif (data numerik), dan kualitatif (deskriptif data). Pendekatan kuantitatif menyediakan "hard data,"  yang digunakan khusus untuk mendokumentasikan kebutuhan. Pertanyaan-pertanyaan yang seing digunakan seperti: "Berapa banyak orang yang Anda layani?", "Berapa usia populasi sasaran? ", " Apakah sasaran utama kelompok laki-laki atau perempuan, atau campuran, "dan" Dimana populasi target berada?" Penilaian kebutuhan (menurut kepentingan) adalah cara lain untuk mengumpulkan kuantitatif data. Secara Umum, data kuantitatif dapat menjadi sangat berharga untuk evaluasi lanjut dari efektivitas program.
Seperti dalam penelitian lain yang melibatkan pengembangan format ke pengumpulan data, merupakan bagian penting dari Need Assesment adalah pengujian kuesioner atau wawancara terstruktur. Dengan menanyakan beberapa orang untuk menjawab
pertanyaan sebelum dilakukan Need Assesment yang sebenarnya, kesulitan dalam memahami instruksi atau pertanyaan, dan mumungkinkan terjadinya bias yang dapat diidentifikasi. Perubahan selama pembelajaran percobaan, atau pembelajaran penelitian, dapat meningkatkan kualitas keseluruhan dari penilaian yang lebih besar.
Selain survei kuesioner atau wawancara, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan pertemuan-pertemuan publik, pertemuan kelompok kecil di mana responden diundang, atau pertemuan-pertemuan lainnya.
Untuk mengumpulkan data pada pertemuan publik, pengambilan sampel adalah hal perting yang diperhatikan, karena kadang-kadang orang yang datang, mungkin mau menanggapi pada pertemuan yang diadakan di lokasi tertentu. Atau, ketika anggota masyarakat menghadiri pertemuan, beberapa berbicara banyak sementara yang lain tetap diam. Dalam prosedur pengambilan sampel mempertimbangkan, tidak hanya jumlah peserta yang penting, tetapi juga tingkat representasi dari kelompok yang berbeda termasuk dalam sampel. Sebagai contoh, sebuah penilaian kebutuhan pendidikan mungkin termasuk perencana pendidikan, guru, orangtua, siswa, serta masyarakat umum. Kadang-kadang lebih dari satu instrumen atau metode pengumpulan data yang diperlukan untuk kelompok-kelompok yang berbeda yang berpartisipasi dalam penilaian kebutuhan.

F. CONTOH NEED ASSESSMENT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Contoh Aplikasi Needs Assessment dalam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa (Mahfuddin)

Masalah need analysis atau need assessment berkenaan dengan apa-apa yang dibutuhkan dalam pengajaran bahasa. Kajian pendekatan yang berbeda terhadap penilaian kebutuhan ini, akan mengarahkan pada bagaimana menyiapkan, menyusun dan menggunakan informasi yang terbaik, dimana konteks program pengajaran bahasa secara spesifik dapat memenuhi kebutuhan individual dan kebutuhan kelompok siswa  yang sedang belajar bahasa.
Teknik-teknik yang efektif dalam mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus dapat disusun selama fase analisis kebutuhan (need analysis). Kreiteria-kriterianya  diformulasikan ke dalam tujuan khusus pengajaran bahasa dengan menggunakan  istilah-istilah yang jelas dan tidak ambigu. Variasi tipe-tipe yang berbeda mengenai tujuan, dimasukkan ke dalam pembahasan, termasuk hal-hal mengenai tujuan yang bersifat behavioral ke tujuan yang bersifat pengalaman (experiential).
Need analysis ( need assessment ) dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan.  Menurut Oliva (Oliva, 1992: 246)  “a curriculum need assessment is a process for identifying programmatic needs that must be addressed by curriculum planners”.  Analisis kebutuhan digunakan untuk menilai dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum, karena pengembangan kurikulum hakekatnya berorientasi pada kebutuhan siswa (need of learners) dan kebutuhan masyarakat ( need of society), termasuk kebutuhan mata pelajaran (need of subject matters). Need assessment juga digunakan untuk mengidentifikasi gap atau ketidak-sesuaian antara performansi siswa yang dinginkan (das Sollen) dengan performansi siswa yang nyata (das Sein). Dalam sistem persekolahan need assessment diperlukan untuk menemukan kekurangan-kekurangan kurikulum yang menyangkut misalnya kerja sama komunitas sekolah dan pemahaman terhadap program-program sekolah untuk kemudian diperbaiki.
Analisis kebutuhan atau need assessment dalam program pengajaran bahasa, sering dianggap sebagai pengidentifikasian bentuk-bentuk bahasa  yang akan diperlukan siswa untuk  digunakan dalam bahasa target (bahasa yang dipelajari). Mereka perlu  memahami dan berusaha untuk memproduksi bahasa secara aktual. Yang menjadi fokus analisis dalam masalah ini adalah para pembelajar dan kebutuhan-kebutuhannya dilihat dari konteks linguistik.

Contoh Aplikasi Evaluasi Need Assesment Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi Pendidikan Kejuruan (Kurniawan, 2011)
Dalam konteks pembelajaran berbasis teknologi informasi di SMKN 3 Garut, needs assessment diarahkan pada tiga domain yakni pada kompetensi, relevansi dan motivasi. Kompetensi mengacu pada kemampuan individu pada performa keterampilan dalam teknologi informasi. Relevansi menunjukkan pada keberdayagunaan keterampilan personal yang mengindikasikan relevansinya. Sedangkan motivasi tergantung pada bagaimana keinginan besar mereka untuk memperbaiki kemampuan dalam keterampilan teknologi informasi. Dalam terminologi terbatas, sebuah need dalam pembelajaran adalah sebuah discrepancy diantara keadaan yang ada dan keadaan yang diharapkan yang meliputi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), kinerja (performance), dan setting. Berikut ini paradigma yang digunakan dalam penelitian needs assessment tentang pembelajaran E-learning.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner, dimana alat pengumpulan datanya (instrumen) menggunakan angket yang disusun secara terstruktur. Pengumpulan data ditekankan pada dua kelompok informasi, yakni tentang: (a) pemahaman dosen tentang konsep dan kedudukan teknologi informasi dalam pendidikan, (b) needs, urgensi dan fisibilitas aplikasi teknologi informasi dalam pembelajaran teknologi dan kejuruan.

G. KESIMPULAN
Meskipun penilaian kebutuhan adalah teknik yang baik untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam pelayanan, kinerja, atau sikap, kegunaannya untuk pengembangan masyarakat terletak pada hasil akhir penerapan. Alih-alih menjadi pendekatan total, menemukan kesenjangan dan menentukan yang paling penting dari kesenjangan cocok menjadi serangkaian langkah-langkah untuk mengembangkan layanan dan sumber daya untuk mengisi kesenjangan. Sebuah pendekatan yang direkomendasikan untuk penilaian kebutuhan dengan langkah-langkah berikut:
-          Mengungkapkan tujuan program dari pernyataan kebutuhan
-          Menganalisis solusi alternatif (teknik dari pencapaian tujuan, sumber daya yang dibutuhkan, kesesuaian budaya)
-          Memilih dan menerapkan solusi yang tampaknya paling cocok masyarakat
-          Mengalokasikan sumber daya sesuai dengan solusi atau rencana
-          Mengevaluasi (mengukur efektivitas solusi)
-          Daur ulang (periodik menetapkan tujuan baru)
Salah satu praktek penilaian kebutuhan berfokus pada kebijakan  dan kontrol. Pada tingkatan masyarakat, mungkin ada keinginan untuk menjaga pendapat perlu disembunyikan, sebagai sarana menjaga ketidaksepakatan di bawah. Untuk alasan ini, mungkin ada kecenderungan, seorang direktur program untuk untuk bertentangan dengan tujuan yang didefinisikan. Ketika bekerja dengan sikap seperti itu, peneliti berbasis masyarakat dapat menunjukkan out put untuk keuntungan jangka panjang dari program yang merupakan kebutuhan masyarakat dan bekerja sama dengan pihak-pihak yang menolak untuk mengembangkan rencana penilaian kebutuhan yang mendorong kerjasama ketimbang ketidaksesuaian.
Isu lain praktis mempengaruhi pelaksanaan penilaian kebutuhan adalah ketersediaan dana. Bila dana terbatas, biaya yang diharapkan dari pelaksanaan setiap kebutuhan dapat dimasukkan sebagai bagian dari kuesioner. Hal ini memungkinkan responden untuk memberikan peringkat realistis prioritas. Juga, tingkat pendanaan merupakan pertimbangan penting dalam merancang rencana pelaksanaan.
Kebutuhan penilaian sering dianggap sebagai jenis evaluasi. Proses total dari perencanaan-pelaksanaan-evaluasi dapat diperluas, menunjukkan bagaimana teknik penilaian kebutuhan cocok menjadi proses penilaian total.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsini, 2010,  Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Kurniawan Tatang, , Evaluasi Need Assessment KAJIAN PUSTAKA EVALUASI NEED ASSESMENT DALAM PEMBELAJARAN  TEKNOLOGI INFORMASI PENDIDIKAN KEJURUAN,  http://tatangkurniawan77.wordpress.com/2011/05/16/evaluasi-need-assessment/
GUYETTE SUSAN, 1983,  COMMUNITY-BASED : RESEARCH A HANDBOOK FOR NATIVE AMERICANS, California: Administration for Native Americans, Office of Human Development Services, Department of Health and Human Services
Mahfuddin Azis, Needs Assessment dalam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa http://hipkin.or.id/needs-assessment-dalam-pengembangan-kurikulum-dan-pembelajaran-bahasa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar