TUGAS
MAKALAH mata kuliah
METODOLOGI
PENELITIAN LANJUTAN
Dosen
Prof.
Dr. H. Djaali
Prof.
Dr. Yetti Supriyati MPd.
NEED ASSESSMENT MODEL
Oleh :
Sri Wahyuni No.Reg. 7817120688
Supriyadi No.Reg. 7817120689
PROGRAM DOKTOR (S3)
PRODI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
Dalam
ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang dipergunakan untuk mengevaluasi
keterlaksanaan program. Meskipun antara satu dengan yang lain berbeda tetapi
maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi
pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.
Tapi
dalam makalah ini khusus membahas tentang need assessment Model atau sering
disebut Need Analysis atau analisis kebutuhan.
A. PENGERTIAN
ANALISIS KEBUTUHAN
Menurut kurniawan (2011) mengutip pendapat Roger Kaufman
dan Fenwick W. English (1979), mengungkapkan bahwa analisis kebutuhan tidak
dapat melepaskan diri dari pembicaraan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Dalam bukunya Kaufman dan English menekankan perlunya
analisis kebutuhan di dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Dalam
menggunakan analisis sistem, mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah,
kemudian menentukan gejala dan asumsi penyebab timbulnya masalah merupakan ciri
khusus yang tidak dapat diabaikan. Dengan informasi dan pengertian terhadap
gejala dan asumsi penyebab masalah, pendidik akan lebih tepat memilih
alternatif cara untuk memecahkannya. Dalam hal ini analisis kebutuhan merupakan
satu alat yang tepat sebagai pelengkap bagi evaluator program ketika
mempertimbangkan kejelasan masalah, seta memberikan rekomendasi kepada penentu
kebijakan. Atas dasar uraian tersebut para evaluator perlu memahami dengan
tepat apa, mengapa, dan bagaimana melakukan analisis kebutuhan.
Dalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderso,
analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Dalam konteks
pendidikan dan program pembelajaran, kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatu
kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara keadaan nyata(yang ada)
dengan kondisi yang diharapkan. Kebutuhan
tersebut dapat terjadi pada diri individu, kelompok, ataupun lembaga.
Roger kaufman dan Fenwick W. English (1979) dalam
Kurniawan (2011), mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal
untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata
dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan
kesenjangan ini dalam skala prioritas, lalu memilih hal yang lebih penting
untuk diselesaikan masalahnya. Dalam hal ini kebutuhan diartikan sebagai jarak
antara keluaran nyata dengan keluaran yang diinginkan untuk memperoleh keluaran
dan dampak yang ditentukan.
Needs Assessment dalam konteks penelitian dipandang sebagai bagian dari
model penelitian evaluasi yang didasarkan pada tujuan. Sedangkan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian needs
assessment ini adalah pendekatan kuantitatif.
B.
MANFAAT ANALISIS KEBUTUHAN
Analisis kebutuhan adalah alat yang
konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Yang dimaksud dengan
perubahan, bukan perubahan yang radikal dan tidak berdasar, tapi perubahan yang
didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan fungsional yang dapat
memenuhi kebutuhan warga negara, kelompok dan individu. Perubahan ini
menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak
kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan
C.
Orang-Orang yang Terlibat dalam Need
Assesment/ NEED Analysis
Ada empat kategori orang yang bisa terlibat dalam need analysis, yakni
kelompok target (target
group), pendengar (audience),
para penganalisis
kebutuhan itu sendiri (need
analysis) dan sumber kelompok (resource group), dalam dunia
pendidikan (Mahfudin):
1. Target group berkenaan dengan dari siapa informasi
itu akan diperoleh, dan biasanya target group itu adalah siswa dalam sebuah
program, atau kadang-kadang para guru dan para administrator.
2. Audience adalah semua orang yang akan
diberikan tindakan terhadap analisis. Kelompok ini biasanya terdiri atas
guru-guru, guru bantu, para administrator program dan orang-orang yang terlibat
dalam program bahasa.
3. Penganalisis kebutuhan mencakup orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pengadaan need
analysis, diantaranya para konsultan, para anggota pengajar
yang berkaitan dengan pekerjaan itu, dan lain-lain.
4. Sedangkan resource group adalah orang-orang yang
bertindak sebagai sumber informasi mengenai target group, seperti para
orang tua, para sponsor keuangan atau para wali kelas atau wali murid.
D.
LANGKAH-LANGKAH NEED ASSESSMENT MODEL
Kedudukan needs
assessment dalam penelitian evaluasi sebagaimana yang dikemukakan
oleh Isaac dan Michael (1984) dalam Kurniawan (2011), bahwa terdapat tiga
langkah mendasar dari model penelitian ini sebagaimana dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Need
Assessment
|
Program
Planning
|
Program
Evaluation
|
Implementation
Evaluation
|
Outcomes
Evaluation
|
Gambar Tiga tahapan model penelitian
evaluasi
Makna
analisis kebutuhan seperti yang dijelaskan menunjukkan adanya proses mengenali,
memilah dan menyisihkan. Dalam melalui langkah-langkah tersebut pelaku tidak
mungkin melepaskan diri dari pekerjaan mengukur dan menilai sesuatu. Untuk
menentukan hasil mengenali, memilah dan menyisihkan, ada proses membandingkan
gejala yang sedang dikenali dan dipilah dengan suatu patokan (meski secara jelas
tidak disadari)
Menurut
Guyette (1983) ada dua cara melakukan Need Assessment melalui pendekatan
deduktif dan pendekatan induktif
a.
Pendekatan Deduktif
Pertanyaan-pertanyaan
yang dilakukan adalah: “Apa tujuan yang kita inginkan?”, “Dimana hubungan kita
dengan tujuan tersebut”.
Ada empat langkah :
1. Mendaftar
tujuan dan diperingkat berdasarkan kepentingannya
2. Menentukan
tujuan berdasarkan kondisi saat ini
3. Mengidentifikasi
kesenjangan/perbedaan antara tujuan dan kondisi saat ini
4. Prioritas
kondisi (tingkat kebutuhan dan sumber daya) yang diinginkan didokumentasikan
b.
Pendekatan Induktif
Dalam pendekatan
induktif ada pertanyaan-pertanyaan:
“Dimana kita?” dan kemudian “Apa yang kita inginkan?”. Langkah-langkah
secara umum:
1. Menggambarkan
kondisi dan membuat instrumen untuk penilaian
2. Menentukan
status saat ini berdasarkan tujuan dan kondisi sebelumnya
3. Mengidentifikasi
dan menganalisis perbedaan antara tujuan sebelumnya dan keadaan sekarang
Menetapkan prioritas
berdasarkan perbedaan, sehingga dapat ditentukan tujuan baru.
Sedangkan
menurut Anderson (1975) (dalam Arikunto, 2010) secara umum keluasan dan
besarnya kebutuhan dapat diukur secara subjektif dan objektif.
a.
Penilaian Kebutuhan Secara Subjektif
Terjadi bila pelaku
membandingkan sesuatu kebutuhan dengan kondisi yang dapat diterima olehnya.
1. Mengidentifikasi
lingkup tujuan-tujuan penting dalam rogram y7ang akan dievaluasi.
2. Menentukan
indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan.
3. Menyusun
kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator, dengan tujuan pedoman atau acuan
apa saja yang ada dalam sistem dan bidang yang dievaluasi.
4. Menyusun
alat pengukuran untuk tiap-tiap indikator.
5. Membandingkan
kondisi yang diperoleh dengan kriteria. Jika data yang diperoleh lebih rendah
dari tingkat standar, maknanya berarti ada kebutuhan.
b.
Penilaian Kebutuhan Secara Objektif
Terjadi bila
kebutuhan yang diukuritu dibandingkan dengan besarnya kebutuhan sesuatu bidang
yang terkait dan sesuai bidang yang akan dievaluasi
1. Mengidentifikasi
tujuan penting dalam program yang akan dievaluasi
2. Menentukan
kriteria atau menyusun kriteria yang sesuai dengan tujuan masing-masing bidang
atau indikator. Dalam langkah ini evaluator perlu mengumpulkan banak bukti
formal yang akan digunakan untuk dasar pertimbangan kebutuhan.
3. Menyusun
peringkat yang digunakan untuk mempertimbangkan tingkat penampilan indikator.
Dalam pembuatan skala sedapat mungkn diurutkan sesuai dengan tingkat penerimaan
(dari 5 ke 1 – jika menggunakan skala 5, atau 3 ke 1 – jika menggunakan skla 3).
Skala tersebut seyogyanya berbentuk interval.
4. Jika
sudah selesai membuat skala, kumpulkan semua calon evaluator untuk bersama-sama
menentukan urutan kebutuhan dan skala prioritas kebutuhan. Jika kebutuhan
terdapat dua kebutuhan yang sejajar, diperlukan lagi kesepakatan untuk
menentukan mana kebutuhan yang lebih mendesak untuk diprioritaskan dalam
penyelesaiannya. Penting diingat: dalam menentukan urutan kebutuhan jangan
sampai ada unsur subjektivitas, yang dapat menyebabkan hasilnya menyimpang dari
kenyataan.
Selain
memilih kedua cara tersebut, evaluator dapat mengambil nominasi dari keduanya.
Seorang penilai mungkin saja mengambil langkah yang berbeda dari waktu ke waktu
dan dari satu situasi ke situasi yang lain. Oleh karena itu data dari pihak
lain (mungkin pendapat teman/lawan), catatan yang dibuat siswa dan sebagainya
dapat dijadikan bahan pertimbangan. Data-data tambahan tidak boleh diambil
sembarangan, tetapi harus dilihat taraf keterandalannya.
Pertimbangan
yang dilakukan untuk menentukan jenis serta peringkat kebutuhan menggunakan bukti
formal, dengan kasuus yang berbeda. Apapun pendekatan yang diambil, langfkah
selanjutnya menentukan prioritas antar kebutuhan sesuai tujuan, yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan rekomemdasi kepada pengambil keputusan
demi tindak lanjut program. Perlu diingatkan bahwa evaluator tidak mempunyai
hak untuk mengambil keputusan tentang program, tetapi hanya memberian
rekomendasi , selanjutnya pengambil keputusanlah yang menentukan lebih lanjut.
Untuk
menentukan prioritas antar kebutuhan ada beberapa faktor yang berpengaruh,
diantaranya adalah faktor biaya atau cost benefit, yaitu biaya kecil dengan
manfaat besar.
Ini diperlukan untuk
mendapatkan kesimpulan akhir yang tepat.
E. PENGUMPULAN
DATA
Ada beberapa
cara pengumpulan data untuk penilaian kebutuhan (Need Assessment).
Secara umum,
pengumpulan data menurut Guyette (1983) lebih menggunakan kombinasi kuantitatif
(data numerik), dan kualitatif (deskriptif data). Pendekatan kuantitatif menyediakan
"hard data," yang digunakan
khusus untuk mendokumentasikan kebutuhan. Pertanyaan-pertanyaan yang seing
digunakan seperti: "Berapa banyak orang yang Anda layani?",
"Berapa usia populasi sasaran? ", " Apakah sasaran utama kelompok
laki-laki atau perempuan, atau campuran, "dan" Dimana populasi target
berada?" Penilaian kebutuhan (menurut kepentingan) adalah cara lain untuk
mengumpulkan kuantitatif data. Secara Umum, data kuantitatif dapat menjadi
sangat berharga untuk evaluasi lanjut dari efektivitas program.
Seperti dalam penelitian
lain yang melibatkan pengembangan format ke pengumpulan data, merupakan bagian
penting dari Need Assesment adalah pengujian
kuesioner atau wawancara terstruktur. Dengan menanyakan beberapa orang untuk
menjawab
pertanyaan sebelum dilakukan Need Assesment yang sebenarnya, kesulitan dalam memahami instruksi atau pertanyaan, dan mumungkinkan terjadinya bias yang dapat diidentifikasi. Perubahan selama pembelajaran percobaan, atau pembelajaran penelitian, dapat meningkatkan kualitas keseluruhan dari penilaian yang lebih besar.
pertanyaan sebelum dilakukan Need Assesment yang sebenarnya, kesulitan dalam memahami instruksi atau pertanyaan, dan mumungkinkan terjadinya bias yang dapat diidentifikasi. Perubahan selama pembelajaran percobaan, atau pembelajaran penelitian, dapat meningkatkan kualitas keseluruhan dari penilaian yang lebih besar.
Selain
survei kuesioner atau wawancara, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan pertemuan-pertemuan publik, pertemuan
kelompok kecil di mana responden diundang, atau pertemuan-pertemuan
lainnya.
Untuk mengumpulkan data pada pertemuan publik,
pengambilan sampel adalah hal
perting yang diperhatikan, karena
kadang-kadang orang yang datang, mungkin
mau menanggapi pada pertemuan yang diadakan di lokasi tertentu. Atau, ketika anggota masyarakat menghadiri pertemuan,
beberapa berbicara banyak sementara yang lain tetap diam. Dalam prosedur
pengambilan sampel mempertimbangkan,
tidak hanya jumlah peserta yang penting, tetapi
juga tingkat representasi dari kelompok yang berbeda termasuk dalam sampel. Sebagai
contoh, sebuah penilaian kebutuhan
pendidikan mungkin termasuk perencana
pendidikan, guru, orangtua, siswa, serta masyarakat
umum. Kadang-kadang lebih dari
satu instrumen atau metode
pengumpulan data yang diperlukan untuk kelompok-kelompok yang berbeda yang berpartisipasi dalam penilaian kebutuhan.
F. CONTOH NEED ASSESSMENT DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Contoh Aplikasi Needs Assessment dalam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa (Mahfuddin)
Masalah
need
analysis atau need assessment berkenaan
dengan apa-apa yang dibutuhkan dalam pengajaran bahasa. Kajian pendekatan yang
berbeda terhadap penilaian kebutuhan ini, akan mengarahkan pada bagaimana
menyiapkan, menyusun dan menggunakan informasi yang terbaik, dimana konteks
program pengajaran bahasa secara spesifik dapat memenuhi kebutuhan individual
dan kebutuhan kelompok siswa yang sedang belajar bahasa.
Teknik-teknik yang efektif dalam mengembangkan tujuan
umum dan tujuan khusus dapat disusun selama fase analisis kebutuhan (need analysis).
Kreiteria-kriterianya diformulasikan ke dalam tujuan khusus pengajaran
bahasa dengan menggunakan istilah-istilah yang jelas dan tidak ambigu.
Variasi tipe-tipe yang berbeda mengenai tujuan, dimasukkan ke dalam pembahasan,
termasuk hal-hal mengenai tujuan yang bersifat behavioral ke tujuan yang bersifat pengalaman
(experiential).
Need
analysis ( need assessment ) dalam
pengembangan kurikulum sangat diperlukan. Menurut Oliva (Oliva, 1992:
246) “a curriculum
need assessment is a process
for identifying programmatic needs that must be addressed by curriculum
planners”. Analisis kebutuhan digunakan untuk menilai dan
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum, karena pengembangan kurikulum hakekatnya berorientasi
pada kebutuhan siswa (need
of learners) dan kebutuhan masyarakat ( need of society), termasuk kebutuhan mata
pelajaran (need of subject
matters). Need
assessment juga digunakan untuk mengidentifikasi gap atau ketidak-sesuaian
antara performansi siswa yang dinginkan (das
Sollen) dengan performansi siswa yang nyata (das Sein). Dalam sistem
persekolahan need
assessment
diperlukan untuk menemukan kekurangan-kekurangan kurikulum yang menyangkut
misalnya kerja sama komunitas sekolah dan pemahaman terhadap program-program
sekolah untuk kemudian diperbaiki.
Analisis
kebutuhan atau need
assessment dalam program pengajaran bahasa, sering dianggap sebagai
pengidentifikasian bentuk-bentuk bahasa yang akan diperlukan siswa
untuk digunakan dalam bahasa target
(bahasa yang dipelajari). Mereka perlu memahami dan berusaha
untuk memproduksi bahasa secara aktual. Yang menjadi fokus analisis dalam
masalah ini adalah para pembelajar dan kebutuhan-kebutuhannya dilihat dari
konteks linguistik.
Contoh Aplikasi Evaluasi Need Assesment Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi Pendidikan
Kejuruan (Kurniawan, 2011)
Dalam konteks pembelajaran berbasis teknologi informasi
di SMKN 3 Garut, needs
assessment diarahkan pada tiga domain yakni pada kompetensi, relevansi dan motivasi.
Kompetensi mengacu pada kemampuan individu pada performa keterampilan dalam
teknologi informasi. Relevansi menunjukkan pada keberdayagunaan keterampilan
personal yang mengindikasikan relevansinya. Sedangkan motivasi tergantung pada
bagaimana keinginan besar mereka untuk memperbaiki kemampuan dalam keterampilan
teknologi informasi. Dalam terminologi terbatas, sebuah need dalam pembelajaran
adalah sebuah discrepancy diantara
keadaan yang ada dan keadaan yang diharapkan yang meliputi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), kinerja (performance), dan setting. Berikut ini
paradigma yang digunakan dalam penelitian needs
assessment tentang pembelajaran E-learning.
Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik kuesioner, dimana alat pengumpulan datanya
(instrumen) menggunakan angket yang disusun secara terstruktur. Pengumpulan
data ditekankan pada dua kelompok informasi, yakni tentang: (a) pemahaman dosen
tentang konsep dan kedudukan teknologi informasi dalam pendidikan, (b) needs,
urgensi dan fisibilitas aplikasi teknologi informasi dalam pembelajaran
teknologi dan kejuruan.
G.
KESIMPULAN
Meskipun
penilaian kebutuhan adalah teknik yang baik untuk mengidentifikasi kesenjangan
dalam pelayanan, kinerja, atau sikap, kegunaannya untuk pengembangan masyarakat
terletak pada hasil akhir penerapan. Alih-alih menjadi pendekatan total,
menemukan kesenjangan dan menentukan yang paling penting dari kesenjangan cocok
menjadi serangkaian langkah-langkah untuk mengembangkan layanan dan sumber daya
untuk mengisi kesenjangan. Sebuah pendekatan yang direkomendasikan untuk
penilaian kebutuhan dengan langkah-langkah berikut:
-
Mengungkapkan tujuan program dari pernyataan
kebutuhan
-
Menganalisis solusi alternatif (teknik dari
pencapaian tujuan, sumber daya yang dibutuhkan, kesesuaian budaya)
-
Memilih dan menerapkan solusi yang tampaknya
paling cocok masyarakat
-
Mengalokasikan sumber daya sesuai dengan
solusi atau rencana
-
Mengevaluasi (mengukur efektivitas solusi)
-
Daur ulang (periodik menetapkan tujuan baru)
Salah satu praktek penilaian
kebutuhan berfokus pada kebijakan dan
kontrol. Pada tingkatan masyarakat, mungkin ada keinginan untuk menjaga
pendapat perlu disembunyikan, sebagai sarana menjaga ketidaksepakatan di bawah.
Untuk alasan ini, mungkin ada kecenderungan, seorang direktur program untuk untuk
bertentangan dengan tujuan yang didefinisikan. Ketika bekerja dengan sikap
seperti itu, peneliti berbasis masyarakat dapat menunjukkan out put untuk
keuntungan jangka panjang dari program yang merupakan kebutuhan masyarakat dan
bekerja sama dengan pihak-pihak yang menolak untuk mengembangkan rencana
penilaian kebutuhan yang mendorong kerjasama ketimbang ketidaksesuaian.
Isu
lain praktis mempengaruhi pelaksanaan penilaian kebutuhan adalah ketersediaan
dana. Bila dana terbatas, biaya yang diharapkan dari pelaksanaan setiap
kebutuhan dapat dimasukkan sebagai bagian dari kuesioner. Hal ini memungkinkan
responden untuk memberikan peringkat realistis prioritas. Juga, tingkat
pendanaan merupakan pertimbangan penting dalam merancang rencana pelaksanaan.
Kebutuhan
penilaian sering dianggap sebagai jenis evaluasi. Proses total dari perencanaan-pelaksanaan-evaluasi
dapat diperluas, menunjukkan bagaimana teknik penilaian kebutuhan cocok menjadi
proses penilaian total.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto Suharsini, 2010, Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Kurniawan Tatang, May 16, 2011, Evaluasi Need Assessment KAJIAN PUSTAKA EVALUASI NEED
ASSESMENT DALAM PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI INFORMASI PENDIDIKAN KEJURUAN, http://tatangkurniawan77.wordpress.com/2011/05/16/evaluasi-need-assessment/
______________, Selasa,
01 Juni 2010
19:41, Model Evaluasi Program , http://shareit4us.blogspot.com/2010/06/model-evaluasi-program.html
GUYETTE SUSAN, 1983, COMMUNITY-BASED : RESEARCH A HANDBOOK FOR
NATIVE AMERICANS, California: Administration for Native Americans, Office of
Human Development Services, Department of Health and Human Services
Mahfuddin Azis, Needs Assessment dalam Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Bahasa http://hipkin.or.id/needs-assessment-dalam-pengembangan-kurikulum-dan-pembelajaran-bahasa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar